Agama

Filsafat Kemenangan Qur’ànì: Apresiasi kepada Para Juara dan Peserta MTQ

Oleh: Dr. Solahuddin Harahap, MA
(Ketua DPP Gerakan Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan)

Faktaonline.com  – Menang atau kemenangan adalah kata yang sangat akrab dengan kehidupan kita di dunia. Al-Qur’àn al-Karim sendiri telah mengisyaratkan bahwa kehidupan di dunia adalah sebuah kompetsi untuk menentukan siapa yang terbaik (liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalà-QS. al-Mulk:2).

Lebih jauh, al-Qur’àn malah menyebut kalau kehidupan ini tidak lebih dari sekadar ‘permainan dan senda gurau’ (wamà al-hayàtu al-dunyà illà la’ibun wa lahwu-QS. al-Ankabùt:64).
Memaknai istilah “la’ibun wa lahwun” dengan ‘permainan dan senda gurau’– tentu tidak dimaksudkan untuk mendegradasi makna kehidupan atau hakikat kehidupan dunia yang sejatinya merupakan persiapan atau pembekalan dalam rangka menyongsong kehidupan akhirat. Dengan begitu, mengidentifikasi kata ‘la’ibun wa lahwun’ dengan kehidupan dunia, lebih pantas jika dimaksudkan untuk menegaskan betapa penyikapan kita terhadap dunia mesti bersifat elastis, dinamis, dan kreatif seperti layaknya permainan atau perlombaan.

MTQ XXXVIII 2022 Sumut yang akan segera berakhir adalah bagian dari ‘la’bun dan lahwun’ yang isinya adalah perlombaan yang tidak benar-benar sejati. Disebut ‘tidak sejati’ karena memang tujuan akhirnya bukan sebatas menang dan menjadi juara. Tetapi lebih substantif adalah menginspirasi manusia agar mau bertekad, mencinta, dan merasa bangga dan bahagia untuk hidup bersama al-Qur’àn atau hidup di bawah tuntunan al-Qur’àn.

Dengan pemaknaan ini, maka kompetisi dalam MTQ mesti dilihat sebagai media antara untuk dapat mengambil peran pada kompetisi sejati yakni perlombaan mengaktualisasi al-Qur’àn dalam membangun peradaban di bumi.

MENANG UNTUK BERPERAN DALAM PERADABAN

Meskipun tidak percis, tetapi secara umum Dewan Hakim Perlombaan dalam MTQ telah menetapkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam menetapakan para penenang meliputi: Usaha, Moral, Seni, Pemahaman, Penguasaan, dan Tingkat Interaksi dengan al-Qur’àn serta isi al-Qur’àn. Dilihat pada cakupan penilaian ini, maka secara substantif keseluruhan jenis perlombaan ini telah bertujuan untuk  pengokohan daya juang, komitmen, pemahaman, kecintaan, dan kekayaan seni dan kreasi dalam menjadikan al-Qur’àn sebagai pemandu utama pada setiap kerja-kerja peradaban.

Dalam konteks demikian, maka setiap peserta perlombaan pada MTQ adalah generasi yang memperoleh kesempatan istimewa untuk membangun dan memperkuat modal qur’àny (qur’ànic civilzation capital) yang sangat ditunggu dan dibutuhkan umat dalam rangka memajukan peradaban dunia.

Sejalan dengan cara pandang ini, maka setiap peserta perlombaan MTQ pada hakikatnya adalah para pemenang yakni mereka yang selangkah lebih maju dalam menyiapkan modal untuk dapat berperan dalam memajukan peradaban based on qur’ànic value.

Adapun mereka yang diputuskan menjadi pemenang pada setiap cabang perlombaan, maka mereka bukan seorang pemenang tetapi lebih jauh adalah para inspirator yang menginspirasi kita untuk menjadikan al-Qur’àn sebagai modal penting dalam membangun peradaban dunia.

Bahkan tidak berlebihan jika kita sebut bahwa para pemenang perlombaan ini adalah mereka yang mendedikasikan sebagian besar waktu dan potensi hidupnya untuk melanjutkan salah satu tradisi Rasulullah Saw, yakni menjadikan al-Qur’àn dapat hidup dan berjalan dalam setiap aktivitas kehidupan kita.

Al-Qur’àn memiliki sejumlah istilah yang bermakna kemenangan di antaranya “alfalh- al-muflihùna”, “al-fauz- al-fàizùna”, “al-fathu-al-fàtihùna, dan barang kali masih ada beberapa kata lainnya.

Secara umum makna dari kata-kata ini mengisyaratkan bahwa para pemenang memiliki keterhubungan dengan aspek sakralitas atau aspek ilahiyat. Gelar al-Muflihùn, al-Fàizùn, dan al-Fàtihùn disandarkan kepada mereka yang mampu menghimpun dan memperkuat Modal Qur’any (Qur’ànic Capital Civilization) dalam dirinya sehingga ia diharapkan oleh al-Qur’àn untuk menjadi tenaga-tenaga ini dalam membangun peradaban dunia.

Sesederhana apa pun pencapaian para pemenang MTQ ini atas dimemsi keadaban, hafalan, pemahaman, dan seni atas kandungan al-Qur’àn, cukuplah perolehan itu telah memantaskan mereka dapat disebut sebagai generasi emas Sumatera Utara yang dibutuhkan umat sebagai teladan dan sumber inspirasi dalam mengejawantahkan prinsip dan nilai Qur’àny dalam upaya mewujudkan Sumatera Utara Bermartabat (Provinsi Thayyibatun wa rabbun ghafùr).

PENUTUP

Selamat dan salut kami sampaikan kepada anak-anak kami para pemenang lomba dan secara umum para peserta lomba atas perjuangan dan capaian yang sangat membanggakan ini.

Do’a dan harapan kami, semoga kalian semua dapat secara konsisten menjadi generasi penginspirasi, pemotivasi, dan teladan bagi kami dalam mencintai, meneladani, serta mengaktuisasi nilai-nilai al-Qur’àn dalam membangun peradaban bumi. Wallàhu A’lam. (am)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *